Hari Pertama PTM Semester 2

 Alifah Mumtadziah Amani 7F 

    Senin, 3 Januari 2022 adalah hari pertamaku mengikuti kegiatan pembelajaran tatap muka di semester dua secara menyeluruh (100%). Senang sekali rasanya, karena setelah sekian lama, aku akhirnya bisa belajar tatap muka di sekolah, belajar secara langsung tanpa perantara gawai. Juga bertemu teman-teman sekelas, meluangkan waktu bersama.

    Itu adalah pengalaman yang cukup menyenangkan. Belajar tanpa perlu menggunakan gawai, sungguh bagus untuk mengistirahatkan mata dari menatap layar gawai berjam-jam. Juga mengikat tali persaudaraan dan pertemanan antar teman sekelas atau bahkan dengan kelas lain. 

    Beberapa kelebihan dalam pembelajaran tatap muka di antaranya, aku jadi bisa lebih fokus belajar, tidak tertanggu oleh gawai. Juga, aku jadi lebih mudah paham atas materi yang disampaikan serta dijelaskan. Aku pun jadi lebih bisa dekat dengan teman-teman di kelas kala itu.

    Bila belajar jarak jauh dari rumah menggunakan gawai, mataku sering lelah dan sedikit pusing akibat terlalu lama menatap layar gawai. Juga mengurangi aktivitas disiplinku. Apalagi, belajar menggunakan gawai cukup dengan tekan-tekan tombol pada layar atau pada perantara gawai. Meski mungkin belajar jarak jauh menggunakan gawai terkesan lebih modern, tapi beberapa hal terkadang akan lebih baik jika tetap secara lokal dan sederhana. Dan itulah sebabnya aku menikmati proses pembelajaran tatap muka.

    Namun, belajar jarak jauh juga bukanlah hal yang buruk. Hanya saja, pendapatku mengenai hal itu, tentu aku lebih memilih untuk belajar secara langsung di sekolah. Belajar seorang diri di kamar yang sunyi, atau bahkan ramai karena keluarga. Tidak ada bedanya dengan tidak belajar sama sekali. Tak ada nuansa menimba ilmu, 

    Memang mungkin jika belajar jarak jauh itu lebih santai, tidak terburu-buru, lebih efesien waktu karena semua serba digital, dan masih banyak lagi. Tapi segala kelebihan, pasti tersirat kekurangan di dalamnya. Karena itulah, mari kita bahas kelebihan serta kekurangan pembelajaran tatap muka.

    Belajar tatap muka, ya, tatap muka secara langsung di sekolah. Duduk di satu ruangan yang sama dengan teman-teman, memerhatikan guru menjelaskan materi di depan kelas. Membaca tulisan di papan tulis dengan kesan dan cara yang berbeda-beda dari semua guru, namun tetap pada wadah menulis yang sama. Saling membantu dalam menjelaskan materi jikalau ada teman yang belum mengerti, merasakan rasa kerja sama antar siswa dalam mengerjakan tugas, serta mengobrol santai bersama teman saat jam istirahat.

    Suasana kelas yang ramai dikarenakan para murid berebut untuk bertanya atau bahkan menjawab pertanyaan dari guru, yang terkadang mengundang tawa, momen yang sungguh berkesan. Seribu pendapat biasanya akan terlontarkan secara lebih bebas, yang cukup dengan mengangkat tangan jikalau ingin berbicara.

    Juga, akan lebih mudah untuk bersosialisasi dengan teman-teman dan bahkan para kakak kelas. Oh, mungkinkah kita bisa lebih akrab dengan para guru? 

    Kita pun dapat menggunakan fasilitas sekolah, ruangan kelas, lapangan, kantin, dan masih banyak lagi. Di mana fasilitas-fasilitas itu tidak ada di rumah. Apalagi menggunakannya bersama teman dan guru. Maka bertambahlah memori indah di sekolah.

    Di tengah pandemi covid19 ini, memang bagi beberapa siswa, pembelajaran tatap muka mungkin sangatlah merepotkan. Tapi entah kamu akan percaya atau tidak, kenangan masa sekolah adalah salah satu dari sekian banyak kenangan yang paling indah bagi setiap manusia. Kenangan di mana dirimu beralih dari anak-anak menuju remaja. Kenangan di mana kamu memulai kehidupan belajar baru dengan sikap yang lebih dewasa, dengan lingkungan sosial dan pertemanan yang meluas, mengenal beragam sifat dan sikap orang-orang baru. 

    Apapun dan bagaimanapun cara belajarmu, jika kamu menyukai dan menikmatinya, serta kau mendapatkan banyak manfaat darinya, maka tak ada salahnya kau melakukannya. Lakukanlah apapun yang kau suka, jikalau memang itu bermanfaat bagimu dan orang lain. Tak apa, jangan hiraukan kata orang. Fokuslah pada proses, lalu hasil. Tetap ingatlah bahwa kebanyakan orang hanya akan menilai hasil, bukan proses.


    Beginilah fasilitas sekolah yang membuat suasana belajar menjadi lebih nyaman dan seru. Diwarnai pula dengan murid-murid yang ceria dan semangat dalam proses belajar, juga mengerjakan tugas. Nuansa yang sungguh berbeda dengan suasana kamar saat pembelajaran jarak jauh bukan?





        Sekian dari saya, Alifah, izin undur diri. Salam dan terima kasih! 















Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Artificial Intelligence (Kecerdasan Buatan)

OMG (Orang Tua Menjadi Guru) di SMP Labschool Jakarta